Tentang perjalanan, anggap sahaja aku bukan seorang yang pandai
menceritakan secara tersusun apa yang pernah dan singgah dalam dua puluh empat
tahun usiaku ke belakang, hingga aku ada di ruang ini. Ruang di mana fikiran
seperti melompat dan kemudian terlevitasi dari memikirkan diri
sendiri, kemudian tercetus satu kesimpulan, bahawa aku sudah ingin berbagi
waktu dan segala yang ada di masa depan berdua bersama seseorang.
Lucu memang. Aku terlalu puas mengekor segala pembicaraan
palsu tentang model pakaian apa yang kini sedang digemari anak muda, terlalu
hafal menyinggahi satu sudut tempat yang paling didambakan seluruh isi kota,
serta terlalu tak punya rasa rindu untuk berhaha-hihi lagi, hura-hura,
senang-senang tak berarah, hampir setiap hari.
Aku sedar, aku menginginkan sesuatu yang melekat dalam rongga
tetap imagiku. Bersama satu dua teman paling dekat. Duduk tenang di kedai kopi
paling sepi dengan kopi paling pahit dalam cawan putih yang
tergenggam di tangan, santai membicarakan tentang hidup, seperti tentang apa
yang ingin dibangun nantinya bersama pasangan masing-masing dan membicarakan perihal pencapaian.
Percayalah, aku sudah di fasa ini. Tenggelam dan sedang
berusaha berenang menuju permukaan. Fasa yang sudah terlalu muak berbagi rasa pada lelaki, hanya untuk suka-suka, kemudian pergi. Fasa dimana merasa lelah sendirian, tetapi
juga merasa terlalu bising bila harus beramai-ramai. Sesederhana hanya ingin berdua,
dengan seorang yang boleh aku jadikan orang kepercayaan, tangan kanan, rival
berdebat paling ampuh, hingga menjadi kekasih terakhir yang pertama kali aku lihat
saat kubuka mata di pagi hari, dan yang terakhir mengucup keningku menjelang
tidur.
Berlebihan?
Tidak. Kau pun akan mengalaminya suatu hari nanti.